07 December 2009

Bakat Alam


Menurut beberapa ahli, manusia mempunyai beberapa macam pembawaan atau nurani tertentu seperti pembawaan falsafiah, ilmiah, keteknikan, artistik, sosial-politik, nurani-teosofis maupun religius. Tetapi saya tidak akan membahas topik-topik tersebut, yang akan saya bicarakan adalah sesuatu yang lebih berkembang melampaui batas-batas semua kesadaran lain seperti tersebut di atas.

Tegasnya, ada figur-figur yang memiliki kesadaran politis, sosial, keteknikan dan kesadaran artistik tanpa mempunyai kecenderungan terhadap kesadaran diri manusia, begitupun sebaliknya. Sehingga hal itu bukanlah manifestasi dari tipe-tipe kesadaran di atas, maupun produk dari semua itu, melainkan sama sekali independent..!

Bagi figur-figur yang menyadari hal itu, akan mempunyai daya mental untuk menangkap sendiri term-term tengah dari suatu silogisme, baik yang ada di sekelilingnya maupun yang berjauhan, tentunya yang masih ada getaran dengan dirinya. Mungkin...inilah yang dinamakan dengan Intelegensi Natural. Ini adalah pembawaan sejak dia mulai bisa berpikir, yang tentunya sebelum itu didahului oleh getaran-getaran pribadi yang bersangkutan.

Untuk meraih hal itu, merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Sedangkan untuk memunculkannya adalah dengan jalan menempanya dan memberinya sentuhan-sentuhan teologis, dan setelah itu perlu disodorkan dengan motif-motif teologis pula, supaya logika-logika yang ada di dalamnya bisa diterima sehingga dapat menimbulkan minat sejati kepadanya dan dapat menyingkirkan perasaan marginal pada diri seseorang.

Tentunya untuk menerima semua itu perlu intuisi yang tajam, sehingga dapat memberi tekanan pada hal-hal yang dapat dipahamkan. Sebaliknya, tanpa intuisi yang mencukupi akan membingungkan dan menyebabkan keluarnya pernyataan-pernyataan yang keliru.
Pun pula, tidak mungkin yang bersangkutan diberi nada-nada apriori karena semuanya merupakan tabula rasa dari dirinya (dari pandangan-pandangan sosial, pengalaman-pengalaman batin dan pemikiran-pemikirannya). Dan serendah-rendah kebenaran bagi pihak lain adalah membenarkan dan menyerahkan kepada ahlinya.

28 November 2009

Akhlak


Sudah jelas bahwa seseorang yang selalu berusaha menghindari kebaikan, di hatinya banyak noda-noda kotor yang disebabkan dan menyebabkan perilaku-perilaku yang kurang baik. Sehingga kalau tidak diperhatikan kebersihannya sesegera mungkin, hatinya akan tertutup sama sekali.

Sedangkan seseorang yang selalu berusaha menuju kebaikan dan memperjuangkannya adalah orang-orang yang mempunyai hati bersih dan sibuk dengan usaha-usaha untuk kebersihan hatinya. Sehingga hatinya lapang dan memantulkan cahaya yang terbias pada ucapan dan perilakunya.

Dan tentunya, kesemuanya itu ditentukan oleh faktor hidayah dan taufiq. karena dengan kedua hal tersebut manusia dapat membedakan tentang hal-hal mana yang mengotori hati dan mana yang dapat membersihkannya. Walaupun dalam kenyataan manusia banyak kelemahan-kelemahan sehingga sering lalai dan terjerumus, tetapi masih harus tetap diupayakan untuk berdo'a memohon hidayah dan taufiq, serta berusaha dalam amal perbuatan.

Dalam lapangan pergaulan, akan terdapat perbedaan yang mencolok antara yang memahami karakteristik manusia dan yang tidak. Di dalam ruang lingkup "yang berusaha memahami karakteristik manusia" pun masih terdapat perbedaan lagi, yaitu antara yang bijaksana dan berpikir matang dengan yang tidak. Yang tidak mempunyai kebijaksanaan dan kematangan dalam berpikir akan sering bertindak ekstrim (mudah dikuasai emosi).

Karakteristik-karakteristik tersebut sulit dipahami oleh sebagian manusia, karena memang mudah tersamar oleh adanya penampilan-penampilan dan ucapan-ucapan yang ditimbulkan oleh pengaruh-pengaruh eksternal, bukan dari internal manusia itu sendiri.

Ada kalanya, dalam menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, manusia berusaha menceritakan kelebihan-kelebihannya dari sisi lain. Sehingga dengan tidak dirasanya semakin memperlihatkan kelemahan-kelemahan dirinya.

Memang, manusia diciptakan dalam banyak kelemahan-kelemahan, untuk itu, perlu manusia memperhatikan sesuatu di luar dirinya demi menjaga dan memelihara keseluruhan pribadinya. Dalam pengertian sublimnya "manusia meneliti manusia". Apabila seseorang dibutakan oleh sesuatu, dia akan cenderung berbicara lepas dari "rel kenyataan" dan "kebenaran". Walaupun yang dibicarakan itu sesuatu yang dianggapnya benar.

Perintah Harian al-Quran


Faktor lain yang mendukung keberhasilan Risalah dalam membangun generasi sahabat ialah, bahwa mereka memandang al-Quran sebagai perintah harian yang harus segera dilaksanakan. 

Mereka memahami al-Quran bukan untuk tujuan menambah pengetahuan dan memperluas wawasan semata. Bukan sekedar menikmati keindahan sastranya dan mengagumi isi serta gaya bahasanya. Dan bukan pula untuk tujuan-tujuan rendah demi memperoleh keuntungan duniawi, atau kedudukan sosial yang lebih baik dan sebagainya.

Akan tetapi mereka mempelajari al-Quran adalah semata-mata untuk menerima perintah Allah guna dilaksanakannya. Baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, jama'ah maupun persoalan-persoalan lainnya.

08 September 2009

Termangu


Termangu...
menatap kepergian bayang-bayangku sendiri
Semua memaksakan kehendaknya
Sehingga bayang-bayangku memutuskan pergi...
Kini aku bukan diriku lagi

Tolong...
panggil kembali bayangku
karena akan kuajak serta...
untuk mendekat pada diriMu

05 September 2009

Jalan Pulang


Kesuksesan tidak selalu berarti kita menjadi apa pada saat ini. Setelah lulus perguruan tinggi kependidikan tidak selalu berarti kita menjadi guru atau PNS. Hanya karena seseorang sukses secara profesional -sebagai PNS, pengacara atau dokter- tidak berarti kita melakukan sesuatu yang telah digariskan bagi kita. Hanya karena kita kaya tidak berarti kita berhasil menjadi orang yang telah digariskan bagi kita.
Menjadi apa yang telah digariskan bagi diri kita merupakan pelampauan atas kesuksesan dan pencapaian. Menjadi orang yang digariskan bagi diri kita adalah menemukan kembali jalan kita dan kembali ke jalan itu. Hasrat menemukanlah yang akan menuntun kita ke jalan itu..Jalan Pulang.