01 March 2015

TENTANG PENGEMBANGAN POTENSI SPIRITUAL


Jika karena potensinya di bidang spiritual seseorang ingin mempelajari ilmu yang disukai dan itu tidak diajarkan di sekolah dan tidak ditulis di dalam buku apa yang harus dilakukan? Apakah misalnya anak-anak yang berpotensi spiritual akan dibiarkan tenggelam dalam kegelapan jiwanya. Mengalami kegelisahan sampai usia tua karena tidak bisa hidup sesuai dengan ritme dan panggilan hati nuraninya?
Di samping itu adakah lembaga pendidikan yang menghargai atau bahkan mengembangkan potensi seperti ini? Karena seperti kita ketahui lembaga-lembaga pendidikan baik formal, non formal maupun informal yang bertebaran di masyarakat kita hanya menghargai dan mengembangkan sisi intelektual saja.
Banyak gedung sekolah didirikan dengan megah. Berbagai lembaga pendidikan tinggi bidang keguruan dibuka. Bahkan yang terakhir, untuk pelatihan kurikulum 2013 ribuan guru sertifikasi seluruh Indonesia dihotelkan dengan biaya yang tidak bisa kita bayangkan. Setelah selesai, kurikulum 2013 kemudian dibatalkan pelaksanaannya. Spektakuler, dan semua usaha itu dilakukan hanya untuk menyentuh pengembangan kecerdasan pada tataran intelektual atau paling jauh sisi emosinya saja.
Padahal perkembangan mutakhir teori kecerdasan membuktikan dan mengakui keberadaan kecerdasan spiritual. Sebenarnya seberapa penting sih peran kualitas kecerdasan spiritual pada kehidupan seseorang menurut teori-teori kecerdasan modern?
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya edisi Indonesia SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan mendefinisikan kecerdasan Spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan inti yang menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan lebih kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan Spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia.
Sementara Toto Tasmara dalam bukunya Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence) mengatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi. Kecerdasan ini dapat menimbulkan kebenaran yang sangat mendalam terhadap kebenaran, sedangkan kecerdasan lainnya lebih bersifat pada kemampuan untuk mengelola segala hal yang berkaitan dengan bentuk lahiriah (duniawi). Sehingga bisa disimpulkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.
Pada mulanya, teori kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal al-ma’rifi). Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif (al-majal al-infi’ali), seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan agama. Begitu juga yang berlaku dalam berbagai macam kecerdasan, jenis-jenis kecerdasan pada diri seseorang sangat beragam seiring dengan kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya.
Kecerdasan spiritual merupakan sebuah dimensi yang tidak kalah pentingnya di dalam kehidupan manusia bila dibandingkan dengan kecerdasan emosional, karena kecerdasan emosional lebih berpusat pada rekonstruksi hubungan yang bersifat horizontal (sosial), sementara itu dimensi kecerdasan spiritual bersifat vertikal (ilahiyyah).
Perhatikan baik-baik apa yang dikatakan Danah Zohar dan Ian Marshall tentang seseorang yang SQ nya telah berkembang dengan baik berikut ini:
1.    kemampuan bersikap fleksibel
2.    tingkat kesadaran diri tinggi
3.    kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4.    kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5.    kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6.    keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7.  kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik)
8. kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban yang mendasar
9. memiliki kemudahan untuk bekerja melawan hal-hal yang bersifat konvensional. (khariq al-adah)
Sangat luar biasa bukan jika kita memiliki kualitas-kualitas seperti di atas? So, untuk dua kecerdasan yang lain (IQ dan EQ) mungkin mudah bagi kita untuk mendapatkan lembaga atau orang-orang yang peduli pada pengembangannya, tetapi kecerdasan spiritual..? Kalaupun ada, dan semoga segera ada, tentu saja materi dan kurikulum yang digunakan harus mengakomodir semangat pergulatan pencarian makna yang tumbuh pada diri anak didik.