28 December 2012

MERENUNG


Merenung tak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Merenung baru memperoleh peluang untuk hidup bila kita mencintai dan mengenal nilai waktu senggang. Senggang bukan berarti bermalas-malasan, tetapi menyepi, menyendiri agar dapat fokus ke diri sendiri. Penghayatan tentang kesendirian inilah yang membuat orang kreatif dalam membuahkan gagasan. Tentu saja maksudnya adalah gagasan yang bersifat rohani dan spiritual.
Aktifitas semacam ini kiranya bertentangan dengan konsep efektifitas dan efisiensi, konsep guna dan kegunaan. Apa yang berguna untuk hidup praktis dan pragmatis, haruslah diburu. Apa yang tak berguna, janganlah diburu. Tapi apakah gerangan yang berguna bagi manusia dan kehidupannya?
Merenung bukanlah pekerjaan yang bersifat dan bernilai ekonomis. Tidak akan ada perusahaan yang mau menggaji seorang karyawan yang pekerjaannya merenung. Bahkan seorang isteri akan marah-marah jika melihat suaminya setiap hari pekerjaannya hanya merenung dan tidak mau mencari uang. Meskipun begitu, Thomas Aquinas berpesan “Adapun suatu keharusan bagi kesempurnaan masyarakat manusia bila beberapa orang membaktikan kehidupannya untuk merenung”. Merenung, lebih jauh, adalah kontemplasi menuju pusat dan hakekat diri.
Perlu bagi kita dapat menyisihkan waktu dan menyendiri untuk kerja perenungan sekaligus menikmatinya. Perenungan bagaikan oase kecil, lambang kesegaran dan harapan, bahwa masih ada setetes embun di tengah gurun pasir kehidupan. Masih ada benteng hati nurani untuk tetap mempertahankan kebenaran nilai-nilai di tengah-tengah kegalauan zaman.
Perenungan akan mengasah hati nurani kita untuk senantiasa peka akan gerak roh suatu masyarakat dan kegelisahannya. Dapat dengan tajam untuk melihat tanda-tanda zaman dan menuliskannya, meskipun di tengah-tengah keterbatasan dan keterhimpitan. Hanya manusia yang mau gelisah dan tidak mau mapan yang mampu menuliskannya.
Inilah juga yang dialami oleh Muhammad SAW ketika kehidupannya tiba-tiba berubah secara dramatis pada usia sekitar empat puluh tahun. Sering merenung dan mencari-cari sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci ketimbang bentuk-bentuk keagamaan tradisional yang ada. Merenungi kondisi masyarakatnya yang hidup tanpa pegangan. Nabi Muhammad SAW akhirnya pergi menyendiri ke Gua Hira’ di daerah bebukitan dekat Makkah dan kemudian menerima pencerahan spiritual dengan turunnya wahyu pertama yang kemudian merubah kehidupannya dan merubah kehidupan seluruh umatnya.