24 January 2016

MASALAH PERBEDAAN KONSEP




Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada pertengkaran dengan orang-orang terdekat. Pemicunya bermacam-macam, bisa perbedaan desain rumah yang akan kita bangun, pemilihan sekolah yang tepat bagi buah hati, macam menu sarapan pagi sejumlah anggota keluarga yang berbeda bahkan sampai ke restoran mana kita harus makan malam di perjalanan. Semua itu terjadi karena kita punya konsep yang berbeda tentang desain rumah, pendidikan, menu makanan yang enak dan suasana yang kita masing-masing inginkan.
Konsep secara etimologis adalah ide atau rencana sedangkan dalam terminologi filsafat ilmu pengertian konsep adalah kemampuan mengartikulasikan hal-hal seperti mengenali kapan sebuah rencana itu diaplikasikan dan sanggup memahami konsekuensi-konsekuensi dari pengaplikasiannya. Selanjutnya konsep disusun dengan kata-kata, simbol dan lambang yang mudah dimengerti oleh orang lain, sehingga ada kesamaan persepsi terhadap objek atau fenomena yang sama. Untuk itu konsep harus didefinisikan dengan jelas, supaya tidak menimbulkan pengertian berbeda-beda bagi setiap orang.
Kita mengenali dunia ini pun melalui konsep-konsep yang sudah mapan. Bahkan setiap hari kita ikut serta menyumbang konsep-konsep tentang berbagai macam hal. Konsep tentang berbagai macam hal tersebut bisa berubah-ubah seiring dengan bertambahnya pengalaman, pendidikan atau mungkin lewat bacaan-bacaan yang dikonsumsi. Konsep-konsep tersebut kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, ketika kita telah selesai menyelesaikan jenjang pendidikan pada level tertentu atau baru membaca sebuah buku biasanya muncul keinginan untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang baru kita pelajari pada lingkungan sekitar. Supaya kondisi lingkungan  berkembang menjadi lebih baik adalah alasan yang sering didengungkan. Tetapi tentunya, tidak semua orang akan menerima konsep tersebut. Karena masing-masing orang juga punya konsep kehidupan sendiri-sendiri dan tidak mau diganggu dengan konsep kehidupan orang lain.
Dalam kehidupan keluarga, seseorang mungkin punya konsep membangun keluarga yang ideal, konsep isteri/suami yang ideal atau konsep anak yang ideal. Dia mendidik atau mengondisikan isteri/suami dan anak sesuai dengan konsep yang dimiliki. Tetapi  anak dan isteri/suami juga punya konsep kehidupan sendiri. Di mana mereka juga ingin merealisasikan konsep tersebut dalam kehidupan. Jika konsep tersebut dipaksakan kepada mereka tentu saja kehidupan keluarga akan mengalami disharmoni. Isteri/suami dan anak akan menjauh karena merasa kehidupannya terganggu.
Dalam lingkup lembaga atau organisasi, jika kita dalam berkonsep itu sendirian dalam arti tidak ada yang mendukung maka bersiap-siaplah untuk disingkirkan secara sistematis. Atau sebelum semua itu terjadi, dan jika itu bukan hal yang prinsipil, kita harus cepat tahu diri dan lebih baik segera menyingkir sebelum datang mudharat yang lebih besar. Karena manusia juga seperti hewan punya naluri defense, bisa menjalin persekongkolan, menyerang dan menghalalkan segala cara ketika merasa terancam. Sebaliknya, jika kita pihak yang berkuasa maka harus segera melakukan bongkar pasang personil dan segera merekrut orang-orang yang bisa mendukung konsep-konsep kita sebelum terlambat.
Dalam konteks yang lebih besar, kehidupan bermasyarakat, masih banyak orang lain yang punya konsep sendiri dan berambisi jadi pemimpin atau pengambil kebijakan di samping kondisi masyarakat yang tidak mau berubah dan sudah nyaman dengan kondisi yang sudah ada. Ketika kita menawarkan sebuah konsep mereka akan resisten dan biasanya tidak akan peduli apakah konsep itu baik atau buruk. Karena merasa terancam mereka akan terus merangsek. Karena tidak suka sama orangnya maka semua yang berasal dari orang tersebut juga tidak mereka sukai. Mereka tidak mau berpikir bagaimana ke depan, yang mereka pikirkan adalah kepentingan sekarang atau jangka pendek.
Dahulu kala, konsep-konsep tauhid yang dibawa Rasulullah SAW juga ditolak oleh masyarakat Qurays. Penolakan, permusuhan bahkan pembunuhan dilakukan terhadap umat Islam awal dalam rangka penolakan konsep-konsep yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang mengancam konsep kehidupan mereka. Sehingga untuk bisa merealisasikan konsep-konsep tauhid yang menjadi tema dakwah beliau maka Rasulullah SAW membentuk sebuah komunitas yang sekarang kita kenal dengan sebutan Umat. Konsep-konsep keislaman yang berlaku di kalangan Umat pada akhirnya juga berhadap-hadapan dengan konsep kehidupan komunitas lain, yaitu komunitas Yahudi dan Nasrani. Solusinya adalah Rasulullah SAW membangun komitmen bersama mereka yang kita kenal dengan Piagam Madinah.
Pada perkembangan selanjutnya, jatuh bangunnya umat ini dalam konflik yang berkepanjangan juga disebabkan karena perbedaan konsep di kalangan mereka sendiri. Di mana semua pihak menganggap konsepnya yang paling benar. Mereka berbeda dalam konsep ketuhanan, konsep dakwah, konsep jihad, konsep bermasyarakat, konsep bernegara dan sebagainya.
Memang, tanpa adanya komitmen bersama dan selama isi setiap kepala manusia berbeda maka selama itu pula kita akan mengalami intensitas konflik yang berkepanjangan. Permasalahannya adalah siapa yang kalah dan siapa yang menang. Kalaupun kita sekarang berkuasa atas konsep-konsep itu ingatlah di luar sana masih banyak pihak-pihak yang bersabar menunggu kejatuhan kita untuk kemudian mengganti dengan konsep-konsep mereka sendiri. So, semuanya hanya tinggal menunggu waktu saja...

No comments:

Post a Comment