Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada
pertengkaran dengan orang-orang terdekat. Pemicunya bermacam-macam, bisa
perbedaan desain rumah yang akan kita bangun, pemilihan sekolah yang tepat bagi
buah hati, macam menu sarapan pagi sejumlah anggota keluarga yang berbeda
bahkan sampai ke restoran mana kita harus makan malam di perjalanan. Semua itu
terjadi karena kita punya konsep yang berbeda tentang desain rumah, pendidikan,
menu makanan yang enak dan suasana yang kita masing-masing inginkan.
Konsep secara etimologis adalah ide atau rencana
sedangkan dalam terminologi filsafat ilmu pengertian konsep adalah kemampuan
mengartikulasikan hal-hal seperti mengenali kapan sebuah rencana itu
diaplikasikan dan sanggup memahami konsekuensi-konsekuensi dari
pengaplikasiannya. Selanjutnya konsep disusun dengan kata-kata, simbol dan
lambang yang mudah dimengerti oleh orang lain, sehingga ada kesamaan persepsi
terhadap objek atau fenomena yang sama. Untuk itu konsep harus didefinisikan
dengan jelas, supaya tidak menimbulkan pengertian berbeda-beda bagi setiap
orang.
Kita mengenali dunia ini pun melalui konsep-konsep yang
sudah mapan. Bahkan setiap hari kita ikut serta menyumbang konsep-konsep
tentang berbagai macam hal. Konsep tentang berbagai macam hal tersebut
bisa berubah-ubah seiring dengan bertambahnya pengalaman, pendidikan atau
mungkin lewat bacaan-bacaan yang dikonsumsi. Konsep-konsep tersebut kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, ketika kita telah selesai menyelesaikan jenjang
pendidikan pada level tertentu atau baru membaca sebuah buku biasanya muncul
keinginan untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang baru kita pelajari pada lingkungan sekitar.
Supaya kondisi lingkungan berkembang menjadi lebih baik adalah alasan yang sering didengungkan. Tetapi tentunya, tidak semua orang akan menerima konsep tersebut. Karena masing-masing orang juga punya konsep kehidupan
sendiri-sendiri dan tidak mau diganggu dengan konsep kehidupan orang lain.
Dalam kehidupan keluarga, seseorang mungkin punya konsep
membangun keluarga yang ideal, konsep isteri/suami yang ideal atau konsep anak
yang ideal. Dia mendidik atau mengondisikan isteri/suami dan anak sesuai
dengan konsep yang dimiliki. Tetapi anak dan isteri/suami juga punya konsep kehidupan sendiri. Di mana mereka juga ingin
merealisasikan konsep tersebut dalam kehidupan. Jika konsep
tersebut dipaksakan kepada mereka tentu saja kehidupan keluarga akan mengalami disharmoni. Isteri/suami dan anak akan menjauh karena merasa kehidupannya
terganggu.
Dalam lingkup lembaga atau organisasi, jika kita dalam
berkonsep itu sendirian dalam arti tidak ada yang mendukung maka
bersiap-siaplah untuk disingkirkan secara sistematis. Atau sebelum semua itu
terjadi, dan jika itu bukan hal yang prinsipil, kita harus cepat tahu diri dan
lebih baik segera menyingkir sebelum datang mudharat yang lebih besar. Karena
manusia juga seperti hewan punya naluri defense, bisa menjalin
persekongkolan, menyerang dan menghalalkan segala cara ketika merasa terancam.
Sebaliknya, jika kita pihak yang berkuasa maka harus segera melakukan
bongkar pasang personil dan segera merekrut orang-orang yang bisa mendukung
konsep-konsep kita sebelum terlambat.
Dalam konteks yang lebih besar, kehidupan bermasyarakat,
masih banyak orang lain yang punya konsep sendiri dan berambisi
jadi pemimpin atau pengambil kebijakan di samping kondisi masyarakat yang tidak
mau berubah dan sudah nyaman dengan kondisi yang sudah ada. Ketika kita
menawarkan sebuah konsep mereka akan resisten dan biasanya tidak akan peduli
apakah konsep itu baik atau buruk. Karena merasa terancam mereka akan
terus merangsek. Karena tidak suka sama orangnya maka semua yang berasal dari
orang tersebut juga tidak mereka sukai. Mereka tidak mau berpikir bagaimana ke
depan, yang mereka pikirkan adalah kepentingan sekarang atau jangka pendek.
Dahulu kala, konsep-konsep tauhid yang dibawa Rasulullah SAW
juga ditolak oleh masyarakat Qurays. Penolakan, permusuhan bahkan pembunuhan dilakukan
terhadap umat Islam awal dalam rangka penolakan konsep-konsep yang dibawa oleh
Rasulullah SAW yang mengancam konsep kehidupan mereka. Sehingga untuk bisa
merealisasikan konsep-konsep tauhid yang menjadi tema dakwah beliau maka Rasulullah
SAW membentuk sebuah komunitas yang sekarang kita kenal dengan sebutan Umat.
Konsep-konsep keislaman yang berlaku di kalangan Umat pada akhirnya juga
berhadap-hadapan dengan konsep kehidupan komunitas lain, yaitu komunitas Yahudi
dan Nasrani. Solusinya adalah Rasulullah SAW membangun komitmen bersama mereka
yang kita kenal dengan Piagam Madinah.
Pada perkembangan selanjutnya, jatuh bangunnya umat ini dalam
konflik yang berkepanjangan juga disebabkan karena perbedaan konsep di kalangan
mereka sendiri. Di mana semua pihak menganggap konsepnya yang paling benar. Mereka
berbeda dalam konsep ketuhanan, konsep dakwah, konsep jihad, konsep bermasyarakat,
konsep bernegara dan sebagainya.
Memang, tanpa adanya komitmen bersama dan selama isi
setiap kepala manusia berbeda maka selama itu pula kita akan mengalami
intensitas konflik yang berkepanjangan. Permasalahannya adalah siapa yang kalah dan
siapa yang menang. Kalaupun kita sekarang berkuasa atas konsep-konsep itu
ingatlah di luar sana masih banyak pihak-pihak yang bersabar menunggu kejatuhan
kita untuk kemudian mengganti dengan konsep-konsep mereka sendiri. So, semuanya
hanya tinggal menunggu waktu saja...