Barangsiapa
ingin menyelamatkan agamanya, mengistirahatkan badan dan merawat serta
mengobati hatinya para ulama salaf memberikan resep: hendaklah dia menyendiri
dari hiruk pikuk pergaulan manusia. Karena menurut mereka zaman ini adalah zaman
yang berlari dan tidak memberi kesempatan untuk berhenti dan beristirahat.
Untuk itu tindakan bagi orang berakal adalah dengan sesekali berhenti, menepi
dan menyendiri. Hati dan akal pikiran yang selalu terpacu suatu saat akan jatuh
sakit dan membutuhkan obat untuk penyembuhannya.
Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa seseorang bertanya kepada ibnu al-Mubarak, “Apa
obatnya hati?” Beliau menjawab, “Sedikit bergaul dengan manusia.” Dalam riwayat
lain beliau juga berkata, “Ketika Allah berkehendak merubah kondisi seseorang
dari kerendahan maksiat menuju kemuliaan ketaatan maka Dia membuat hatinya
cenderung pada kesendirian, mencukupkan dirinya dengan sikap qanā’ah
dan mencukupkan pandangan matanya dengan aib-aibnya sendiri. Barangsiapa yang
dikehendaki seperti itu maka dia telah diberi kebaikan dunia dan akhirat”.
Lelaku menyendiri
tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang yang punya kepribadian kuat.
Bagaimana tidak, sekarang ini semua kehidupan didominasi oleh persaingan untuk
menjadi yang terkenal dan popular. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
terhadap kemampuan kita menjadi sebuah keharusan. Kita sepertinya tidak rela
kalau masyarakat tidak tahu atau tidak mengakui segala kemampuan yang kita
miliki. Kitapun tidak suka jika ada orang lain yang melebihi kemampuan
kita. Kita semua ingin diakui sebagai
orang yang unggul; punya kemampuan dalam bidang seni, punya kemampuan
intelektual tinggi, produktif dalam berkarya dan sebagainya. Kita marah kalau
title tidak dipasang di depan maupun di belakang nama kita.
Di sisi lain
dengan menyendiri kita justru dianjurkan untuk meninggalkan semua itu. Bisa
dipastikan tidak akan ada yang mau hidupnya tidak dikenal oleh khalayak ramai
dan tenggelam dalam sejarah. Pastinya semua orang ingin eksis dalam percaturan
dunia. Ghalibnya, seumur hidup aktifitas kita didorong oleh ambisi untuk
membuktikan hal itu. Mencari pengakuan dari orang lain.
Sebenarnya dengan
menyendiri inilah kita diajak untuk kembali ke awal (al-rujū’
ilā
al-bidāyah). Kembali kepada asal muasal dan tujuan kita
diciptakan. Mengkaji ulang visi, misi, target dan tujuan yang semula sudah ditetapkan
akan tetapi sudah terdistorsi sepanjang sejarah perjalanan kehidupan.
Menafsirkan diri sendiri dengan lebih baik. Berusaha mencari pola hidup yang
sesuai dan sejalan dengan hati nurani.
Hal ini bukan
berarti mengajak untuk menghindari aktifitas pekerjaan dan pergaulan. Tetapi
cobalah sesekali kita memejamkan mata, mengheningkan hati di ruang hiruk pikuk,
ruang keramaian baik yang terlihat mata maupun yang tak terlihat. Barangkali
kita menemukan sesuatu yang indah di sana. Yang dapat menjadi obat bagi hati
dan akal pikiran.
No comments:
Post a Comment