Bildung berasal dari bahasa Jerman. Konsep ini dikemukakan oleh
Hans-Georg Gadamer, seorang filosof hermeneutik Jerman, sebagai salah satu dari
unsur pengalaman hermeneutis. Jika kita adalah suatu dialog aku-engkau, dan
dialog itu tidak berkesudahan, maka pengalaman hermeneutis adalah sebuah proses
menjadi atau sebuah proses transformatif atau yang disebut Bildung.
Untuk menjelaskan apa itu Bildung, kita ambil
contoh seorang yang dalam masa hidupnya banyak belajar ilmu-ilmu. Dia membaca
teks-teks dalam bidang sejarah, kebudayaan, filsafat, teologi, kesastraan, dan
seterusnya. Kita menyebut orang seperti ini ‘terpelajar’ bukan hanya karena dia
mengetahui banyak informasi ataupun fakta, melainkan karena pengetahuannya yang
luas itu membentuk kepribadiannya.
Orang itu tidak sekadar belajar hal-hal di luar dirinya,
melainkan juga dalam belajar tentang hal-hal di luar dirinya, ia juga belajar
tentang dirinya sendiri. Inilah kata kuncinya, misalnya jika seseorang mengaku
telah belajar ilmu-ilmu moral, agama atau akhlak kemudian berbicara, menulis
buku atau menulis di media sosial tentang moral, agama dan akhlak tanpa
mentransformasikan pengetahuannya ke dalam perilakunya sehari-hari maka seseorang
itu masih belum bisa dikatakan mengalami Bildung. Hanya bisa mentransfer
pengetahuan ke dalam otaknya tetapi tidak bisa mentransformasikan ke dalam
dirinya secara keseluruhan dalam bentuk kepribadian dan perilaku.
Kegiatan belajarnya membentuk kepribadiannya sebagai
seorang terpelajar. Mungkin saja dia melupakan beberapa informasi atau fakta
yang penah dipelajarinya, namun ada hal yang tetap tinggal dalam
kepribadiannya, yaitu pembentukan dan perubahan dirinya lewat proses belajar
itu. Bildung dapat dijelaskan sebagai hasil proses formatif dan
transformatif yang diperoleh lewat belajar. Kata kerja untuk Bildung adalah
bilden yang berarti ‘to form’ atau ‘membentuk’, maka hasilnya adalah
seorang pribadi yang ‘gebildet’ (terpelajar). Hasil seperti itu tidak
sekadar kognitif ataupun intelektual, melainkan holistis, yaitu menyangkut
seluruh diri manusia itu sendiri.