Bagi
yang berniat terjun dalam dunia keilmuan mungkin sekilas catatan saya ini bisa
dibuat sebagai bahan renungan. Orang yang terjun dalam dunia bisnis membutuhkan passion
untuk memaksimalkan hasil, demikian juga dalam dunia keilmuan. Setiap kali saya
membaca biografi seorang yang expert dalam satu bidang keilmuan dan
menghasilkan banyak karya dalam bidang tersebut ada beberapa hal yang menjadi pelajaran
bagi saya. Mereka biasanya mengalami hal-hal berikut ini sejak awal
kehidupannya.
Menemukan
minat (passion) pada satu bidang ilmu secara dini sehingga terhindar
dari mempelajari ilmu-ilmu yang tidak perlu serta menghabiskan umur dan biaya.
Bagi seorang anak menemukan passion sejak dini merupakan kesulitan tersendiri
kalau tidak boleh dikatakan tidak mungkin. Meskipun seorang anak bisa merasakan
sebuah aktivitas belajar itu menyenangkan ataukah memberatkan tetapi dia tidak
akan bisa menafsiri pengalaman tersebut. Untuk itulah mereka membutuhkan
kehadiran orang-orang dewasa di sekitar mereka yang bisa membantu memetakan passion,
potensi dan bakat mereka sejak dini.
Hidup
dalam lingkungan yang kondusif dan motivatif yang berujung pada keselamatan
mereka dari doktrin-doktrin yang mengganggu hati dan pikiran. Menjauh dari perkataan
orang-orang yang melemahkan dan memecah konsentrasi serta mengajak kepada
hal-hal yang tidak penting. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka seseorang
harus mau dan mampu untuk meninggalkan lingkungannya yang kurang kondusif dan motivatif
tersebut untuk kemudian mencari lingkungan yang lebih sesuai dan mendukung bagi
pencarian ilmu yang ingin digelutinya.
Mempunyai
pemandu yang mengenalkan banyak ide dan gagasan sehingga dari pilihan ide dan gagasan
tersebut dia akan banyak mengenal dan akhirnya menemukan satu minat keilmuan atau
tokoh keilmuan yang dikagumi. Hal ini akan membantunya untuk menentukan jurusan
keilmuan pada lembaga pendidikan secara tepat, efektif dan efisien sehingga
bisa maksimal mempelajari apa yang dibutuhkan.
Tersedianya
sarana dan pra sarana (finansial). Biaya memang bukan segalanya tapi segalanya
butuh biaya. Kecapekan memikirkan kebutuhan hidup juga berpengaruh pada
konsentrasi menuntut ilmu. Inilah mengapa para ulama dahulu lebih memilih hidup
sederhana. Tujuannya tidak lain supaya banyak waktu untuk membaca dan menulis. Di antaranya bahkan ada yang sampai tidak
menikah.
Jika
dari sisi finansial ini masih lemah sebaiknya seseorang harus bisa bersikap qanaah.
Merasa cukup dengan apa yang bisa dijangkau merupakan satu-satunya pilihan, daripada
memaksakan diri dan berakibat pada beban berat dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Apalagi kalau sampai banyak berhutang, bisa diprediksi konsentrasi
belajar akan terganggu dengan mencari cara bagaimana melunasi hutang-hutang
tersebut.
Jika
kita beruntung mengalami hal-hal tersebut di atas dan menemukan passion
sejak dini niscaya kita juga bisa seperti mereka. Bagi saya tidak ada orang yang
tidak mampu yang ada hanya orang yang tidak menemukan apa yang menjadi passion
dalam kehidupannya. Setidak-tidaknya itulah yang saya rasakan selama ini. Wallahu
a’lam...
Ijin sare hehe
ReplyDeleteSilakan Om..
Delete