Beberapa
waktu yang lalu setiap bangun tidur badan saya terasa pegal-pegal seperi remuk.
Setelah konsultasi kesana-kemari akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa hal
tersebut merupakan tanda kekurangan gizi dan nutrisi. Makanan yang selama ini
saya konsumsi ternyata tidak ngatasi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan
nutrisi tubuh. Bahkan lebih banyak ampasnya daripada kandungan gizi dan
nutrisinya.
Berangkat
dari kondisi tersebut saya memutuskan untuk mencari vitamin atau makanan
suplemen yang berkualitas baik, herbal dan organik. Setelah beberapa lama
mengonsumsi makanan suplemen tersebut badan pegal-pegal sehabis tidurpun hilang.
Memang, menurut para ahli kesehatan, stamina fisik, daya tahan terhadap
penyakit, ukuran tubuh, bahkan berapa lama kita hidup, semuanya ternyata berkaitan
erat dengan apa yang kita makan. Demi tubuh yang sehat kadang kita harus menghabiskan
uang dalam jumlah sangat besar untuk vitamin, mineral dan tambahan program diet
lain.
Tubuh
terbentuk sesuai dengan apa yang dimakan oleh tubuh. Begitu pula, pikiran
terbentuk sesuai dengan apa yang dimakan oleh pikiran. Makanan pikiran tentu
saja tidak dalam bentuk kemasan dan tidak dapat dibeli di toko. Makanan pikiran
itu adalah lingkungan kita –semua benda tak terhitung yang memengaruhi pikiran
sadar dan bawah sadar kita.
Yang
lebih penting lagi, besar kecilnya pikiran, tujuan, sikap dan kepribadian kita
dibentuk oleh lingkungan kita sendiri. Berpikir harus diberi banyak makanan
jika kita ingin mendapatkan hasil yang lebih baik. Pikiran kita bisa merasa
segar jika bergaul dengan orang-orang yang berwawasan luas dan positif. Karena
bisa jadi setiap hari kita ketemu dengan orang-orang yang membosankan, yang
pola berpikirnya tidak berubah dari mulai kita bergaul dengannya pada masa
kecil sampai pada rambutnya yang mulai beruban.
Lindungi lingkungan psikologis kita.
Cari teman yang memberikan dorongan bagi rencana dan cita-cita. Jika kita tidak
melakukannya dan lebih memilih pemikir picik sebagai teman dekat, kitapun
secara berangsur-angsur akan berkembang menjadi pemikir picik. Datangi
komunitas-komunitas baru, cari teman yang positif, berpotensi baik (secara
material maupun spiritual) dan tidak disibukkan oleh hal-hal yang remeh-temeh
dan tidak penting, perluas lingkungan atau pergaulan sosial. Semakin banyak
kita belajar mengenai orang lain, gagasan mereka, minat mereka, sudut pandang
mereka –semakin optimis dan bersemangat kita dalam menghadapi hidup. Pada sisi yang cerah, pergaulan dengan orang yang
memiliki gagasan besar menaikkan tingkat kemampuan berpikir kita; hubungan erat
dengan orang yang ambisius memberi kita ambisi.
Berhati-hatilah
mengenai hal ini, jangan biarkan orang yang berpikiran negatif menghancurkan
rencana kita untuk berpikir sukses. Orang negatif ada di mana-mana dan mereka
tampaknya senang menyabot kemajuan positif orang lain. Jangan bertengkar dengan
orang yang tidak setara dengan level kita, karena secara tidak langsung hal
tersebut akan memaksa kita untuk berpola pikir seperti mereka.
Banyak
orang dengki yang tidak hanya tidak mau maju sendiri tetapi juga menginginkan kita
ikut tersandung bersama mereka. Mereka merasa diri mereka tidak memadai sehingga
mereka ingin menjadikan kita seperti mereka. Bahkan terkadang mereka juga
berusaha merebut kesuksesan yang telah kita rintis dengan susah payah di
lingkungan kerja atau sosial kita dan berbangga akan hal itu tanpa merasa
bersalah sedikitpun. Karakter iri dengki mendominasi watak mereka. Waspadalah..!
Pelajari para orang negatif, tetapi jangan biarkan mereka menghancurkan rencana
kita untuk meraih keberhasilan.
Ada
perangkap yang harus diwaspadai di dalam lingkungan sosial dan kerja kita. Di
dalam setiap kelompok ada orang-orang yang secara diam-diam sadar akan
kekurangan mereka, ingin menghalangi dan menghambat kita membuat kemajuan.
Banyak orang brilliant ditertawai bahkan dimusuhi sebagai musuh bersama
karena mereka mencoba menjadi lebih efisien dan menghasilkan lebih banyak
karya. Ada orang yang karena iri ingin membuat kita merasa malu karena kita
ingin bermanfaat bagi banyak orang.
Kita
sudah sering melihat, di sekolah ada sekelompok murid yang terbelakang
mencemooh teman sekelas yang berusaha memanfaatkan kesempatan yang diberikan
oleh dunia pendidikan. Kadang –dan sayangnya terlalu sering- pelajar yang
cerdas diolok-olok hingga ia mencapai kesimpulan bahwa tidak ada gunanya
menjadi orang pandai. Atau sekelompok orang bodoh yang mengeroyok seseorang
yang berpotensi karena dianggap sebagai penghalang ambisi mereka dalam sebuah
organisasi. Sehingga orang berpotensi tersebut akhirnya mundur karena
tidak mau ribut dan dapat masalah.
Penghalang
nomor satu dalam perjalanan menuju sukses tingkat tinggi adalah perasaan bahwa
prestasi besar berada di luar jangkauan. Sikap ini berasal dari banyak kekuatan
penindas sebagaimana diceritakan di atas yang mengarahkan pikiran kita ke
tingkat yang biasa-biasa saja. Dari segala sisi kita mendengar ”Bodoh kalau
kamu jadi pemimpi”, dan bahwa gagasan kita ”tidak praktis, bodoh, naif atau
tolol”, bahwa kita ”harus punya uang untuk maju” bahwa ”nasib menentukan siapa
yang dapat maju” atau ”Anda harus mempunyai teman-teman penting”, atau ”Anda terlalu
tua atau terlalu muda”.
Untuk
menyelamatkan diri dari lingkungan seperti ini Dr. ’A`id al-Qarni dalam buku best
sellernya La Tahzan memberikan trik-trik yang diambilkan dari kitab
suci kepada kita. Pertama, berlindung dengan doa dan dzikir dari
gangguan mereka (113: 5). Kedua, sembunyikan kesuksesan dan
barang-barang berharga Anda dari pandangan mata mereka (67: 12). Ketiga,
hindari pergaulan dengan mereka (21: 44). Keempat, perlakukan mereka
dengan baik secukupnya supaya mereka tidak mengganggu Anda (34: 41).
Orang-orang sukses sebetulnya adalah
orang yang tidak pernah menyerah. Kelompok ini, mungkin dua atau tiga persen
dari keseluruhan. Tidak membiarkan pesimisme mendikte diri mereka, tidak mau menyerah
pada kekuatan penindas dan tidak mau merangkak. Mereka selalu peduli dengan kebersihan
lingkungan dari orang-orang negatif.
Orang-orang ini merasa bahwa hidup penuh dengan rangsangan, bermanfaat dan
berharga. Mereka menantikan setiap hari baru, situasi baru, setiap perjumpaan
baru dengan orang lain sebagai petualangan yang layak untuk dijalani
sepenuhnya.