Ketahuilah,
bahwa seorang hamba jika keadaannya mendekati kesempurnaan maka dia akan
cenderung menghindari popularitas (al-khumūl) dan lebih mementingkan
menyendiri (al-’uzlah) untuk berdialog dengan rahasia-rahasianya, sibuk
memperbaiki kondisi hati, senantiasa berusaha keluar dari jerat potensi fitnah yang
menyebar di kalangan masyarakat dan selalu berusaha untuk berbuat kebaikan.
Umar
ibn al-Khattab radiyallahu ’anhu berkata, ”Raihlah kebaikan dengan ’uzlah.
Tidaklah seorang hamba, khususnya pada masa kami ini- mendekati popularitas
kecuali dia akan terjerumus dalam kondisi yang sulit, memudarnya kasih sayang
antar sesama dan menghilangnya kebaikan. Cukuplah bagi manusia pada zaman ini dengan
melakukan ’uzlah dan menjauhi popularitas demi menjaga agamanya dan
menjaga diri dari teman-teman yang buruk perangainya. Seorang yang arif bisa
mengambil lebih banyak kebaikan dan kemanfaatan dari menjauhi popularitas dari
orang selainnya yang lebih suka mengambil keuntungan dari popularitas (al-shuhrah)
dan perasaan ingin selalu di depan (al-riyāsah) di antara manusia.
Ketahuilah,
sesungguhnya orang yang mempunyai pengetahuan akan menilai seseorang dengan
kebenaran, sedangkan orang yang tidak berpengetahuan akan menilai kebenaran
dengan pribadi seseorang. Logikanya adalah orang yang berakal dan
berpengetahuan karena kejernihan pikirannya menilai keutamaan seseorang dari
kecenderungannya terhadap kebenaran dan dari kebenaran itulah dia akan dapat
mengetahui pemilik kebenaran itu. Orang yang tidak berpengetahuan tidak akan mampu
mengetahui kebenaran, yang penting seseorang itu banyak teman dan pengikutnya
serta populer di tengah masyarakat maka dia akan mengatakan dialah sang pembawa
kebenaran, dan segala yang dilakukannya pastilah kebenaran, hal ini disebabkan karena
sedikitnya pengetahuan orang tersebut tentang kebenaran.
(Disarikan
dari kitab Īdāh Asrāri ’Ulūm al-Muqarrabīn)