Prestasi akademis di
perguruan tinggi sangat ditentukan budaya membaca mahasiswanya. Prestise
perguruan tinggi juga dicerminkan oleh perpustakaannya yang berisi koleksi buku
berkualitas. Tradisi membaca yang kuat dan perpustakaan yang berisi buku
berkualitas adalah ruh pengembangan keilmuan sebuah perguruan tinggi. Masa
keemasan Islam pada masa dinasti Abbasiyah terpusat di perpustakaan Bayt
al-Hikmah yang dikelilingi oleh para pembaca yang kuat. Kita juga pasti ingat
dengan universitas Harvard, sebuah universitas tertua di Amerika Serikat yang
terkenal dengan kekuatan membaca akademisnya dan menjadi contoh kemajuan universitas
berbasis riset dan bertaraf internasional. Kebutuhan membacanya dilayani oleh
perpustakaan yang terbesar nomor dua di dunia setelah perpustakaan Kongres
Amerika Serikat.
Keterampilan
Membaca
Membaca dalam arti yang
paling mendasar, adalah masalah pendidikan yang sangat penting. Sampai-sampai Sekretaris
Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat pernah
menetapkan dekade tujuhpuluhan sebagai dasawarsa membaca dan mengalokasikan
dana-dana pemerintah federal untuk mendukung beragam upaya demi meningkatkan
keterampilan dalam keahlian dasar ini.
Secara tradisional,
sekolah menengah di negara kita tidak banyak memberikan pelajaran membaca
kepada siswa-siswanya, demikian juga dengan perguruan tingginya. Meskipun situasi
itu sudah berubah pada beberapa tahun terakhir, ketika jumlah pendaftar ke perguruan
tinggi semakin meningkat dalam periode yang relatif singkat. Akhirnya para
pendidik mulai menyadari bahwa mereka tidak lagi bisa berasumsi bahwa para
siswa yang mendaftar dapat membaca secara efektif.
Walaupun seharusnya pelajaran membaca yang lebih tinggi dari tingkat dasar diberikan
di banyak perguruan tinggi di Indonesia sekarang ini, kenyataannya, hampir
tidak ada perguruan tinggi yang mengajarkannya. Adanya pelajaran membaca tambahan
tidak identik dengan pelajaran membaca dengan tingkatan-tingkatan yang lebih
tinggi. Pelajaran membaca tambahan hanya bertujuan untuk membawa para mahasiswa pada
satu titik, yaitu memahami yang seharusnya mereka kuasai saat mereka menghadapi
ujian. Sampai hari ini pun, hampir semua perguruan tinggi tidak mengetahui cara
mengajarkan pelajaran membaca yang lebih tinggi dari tingkat dasar kepada para
mahasiswa, atau tidak memiliki fasilitas dan SDM untuk melakukannya.
Akhir-akhir ini sering ada workshop atau seminar yang menyelenggarakan kursus-kursus membaca cepat, membaca
efektif atau kompeten membaca. Secara keseluruhan (meskipun ada beberapa
pengecualian), semua kursus ini bersifat perbaikan. Mereka dirancang untuk
memperbaiki kegagalan-kegagalan dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Meskipun begitu workshop atau seminar yang ada tidak dirancang untuk menuntun peserta
ke tingkat yang lebih tinggi dari tingkat dasar atau ke tingkat-tingkat membaca
secara akademis.
Seseorang dengan gelar
sarjana harus mempunyai kompetensi umum dalam membaca sehingga dapat membaca
semua bentuk naskah yang ditulis untuk pembaca umum, serta mampu melakukan
riset independen di hampir semua subyek. Akan tetapi, seringkali dibutuhkan
pendidikan tingkat yang lebih tinggi lagi dan berlangsung selama tiga atau empat
tahun sebelum dia menguasai keahlian membaca pada tingkat ini, dan
bahkan saat itu pun mereka tidak selalu mampu meraihnya.
Seseorang tidak harus
menghabiskan empat tahun di universitas untuk belajar bagaimana cara membaca.
Empat tahun pendidikan tinggi, ditambah dua belas tahun pendidikan dasar dan
menengah berarti sama 16 tahun. Belajar membaca seharusnya tidak membutuhkan
waktu selama itu. Ada sesuatu yang sangat salah jika hal seperti itu terjadi.
Kursus-kursus
seharusnya dilembagakan di banyak sekolah menengah dan perguruan tinggi dengan
mengacu pada program yang diuraikan di dalam standard yang jelas. Kita sadar
bahwa gelegar derap kaki ribuan mahasiswa baru di anak-anak tangga perguruan
tinggi membuat pesan itu sulit didengar. Dan selama sebagian besar, atau bahkan
sebagian terbesar dari mahasiswa-mahasiswa baru ini tidak menguasai kemampuan
membaca tingkat dasar secara efektif. Maka tugas pertama yang harus dihadapi
seharusnya adalah mengajari mereka untuk membaca efektif dalam tingkatan yang paling
rendah, berdasarkan standar atau tingkat terendah yang paling banyak dikuasai
siswa.
Namun, kita –para
pendidik- juga harus menyadari bahwa bahkan seandainya kita telah mengemban
tugas-tugas yang ada di hadapan kita, kita kemungkinan tidak akan mampu menyelesaikan
seluruh tugas tersebut. Karena usaha ke sana harus dikerjakan secara massif dan
dipandu oleh negara. Kita harus menjadi generasi bangsa yang benar-benar
kompeten dalam membaca, dengan memahami semua arti yang tercakup dalam kata
kompeten. Apa pun yang kurang dari itu tidak akan pernah mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dunia yang akan datang.
Buku
Berkualitas
Banyak murid yang
prestasinya di sekolah menengah menjadi sangat buruk karena mereka tidak mampu
memahami sebuah tulisan. Mereka bisa meningkat; mereka perlu ditingkatkan, tapi
mereka tidak melakukannya. Seseorang mungkin dapat membaca, memahami sebuah
buku fiksi yang sederhana dan menikmatinya. Akan tetapi, mintalah dia untuk
membaca sebuah eksposisi, sebuah argumen yang diungkapkan secara ringkas dan
padat, sebuah paragraf yang membutuhkan pemikiran kritis, dia tidak akan
memahaminya. Sudah terbukti, misalnya, bahwa rata-rata murid sekolah menengah
secara mengejutkan tidak mampu mengenali permasalahan sentral dari sebuah
paragraf, atau membuat urutan tentang hal-hal penting dalam sebuah argumen
atau eksposisi.
Keaktifan adalah esensi
dari membaca yang baik, dan semakin aktif kita membaca maka akan semakin baik. Jika kita
membaca untuk menjadi seorang pembaca yang lebih baik, kita tidak dapat membaca
sembarang buku atau artikel. Tetapi kita tidak akan meningkat sebagai seorang pembaca
jika hanya membaca buku-buku yang berada dalam kapasitas diri kita. Kita harus
membaca buku-buku yang berada di luar kemampuan atau buku-buku yang berada di
atas kepala kita. Hanya buku-buku jenis itu yang akan merentangkan otak, dan
jika otak tidak merentang, kita tidak akan belajar.
Sebuah buku yang hanya
dapat menyenangkan atau menghibur barangkali merupakan sebuah selingan yang
menyenangkan untuk jam-jam senggang, tapi kita tidak bisa berharap memperoleh
apa pun selain kesenangan dari buku-buku itu. Bukannya tidak setuju pada
gagasan bersenang-senang, tapi kita memang ingin menekankan bahwa peningkatan
dalam keahlian membaca tidak berada dalam proses tersebut.
Sudah pasti ada
beberapa buku yang akan tetap menantang betapa pun baiknya keahlian membaca kita.
Kenyataannya, buku-buku itulah yang harus dicari, karena mereka adalah
buku-buku terbaik yang dapat membantu kita untuk menjadi seorang pembaca yang
lebih ahli lagi. Kenyataannya, sebuah buku yang buruk tidak memiliki apa pun
untuk digenggam. Tidak ada gunanya berusaha, karena kita tidak akan memperoleh
apa-apa.
Sebuah buku yang baik
memberikan imbalan kepada kita karena mencoba membacanya. Buku-buku yang
terbaik memberikan imbalan terbesar. Imbalan itu, tentu saja ada dua bentuk.
Pertama, peningkatan di dalam keahlian membaca yang terjadi jika kita berhasil
memahami sebuah karya yang baik dan sulit. Kedua –dan ini adalah imbalan jangka
panjang dan lebih penting- sebuah buku yang baik dapat mengajari kita tentang
dunia dan tentang diri kita sendiri. Buku-buku yang
terbaik dapat membantu kita memikirkan lebih baik tentang semua itu, karena
mereka ditulis oleh figur yang berpikir lebih baik dari orang-orang di sekitar
mereka.
Selanjutnya kita bisa
belajar darinya tentang cara memahami dan tentang cara hidup. Mereka adalah buku-buku
yang baik, buku-buku yang ditulis dengan sangat hati-hati oleh para penulisnya,
buku-buku yang memberi pembaca wawasan yang penting tentang subyek-subyek yang
selalu diminati oleh manusia. Mereka layak dibaca secara analitis. Di dalam
buku-buku seperti inilah catatan yang kita buat di halaman tepi atau di tempat
lain akan sangat bermanfaat.
Kita semua, sampai
tingkatan tertentu, adalah orang-orang yang terdampar di sebuah pulau yang
gersang. Semua menghadapi tantangan yang sama seperti yang akan kita
hadapi jika kita benar-benar berada di sana –tantangan untuk menemukan
sumber-sumber di dalam diri kita untuk menjalani sebuah kehidupan manusia yang
baik. Membaca dengan baik, artinya membaca secara aktif, bukan hanya baik
karena kegiatan itu sendiri, tapi juga sebuah sarana untuk meraih peningkatan
dalam pekerjaan atau karier. Buku juga menjaga agar pikiran kita hidup dan
terus tumbuh.