Jika karena potensinya di bidang spiritual seseorang ingin mempelajari ilmu
yang disukai dan itu tidak diajarkan di sekolah dan tidak ditulis di dalam buku
apa yang harus dilakukan? Apakah misalnya anak-anak yang berpotensi spiritual
akan dibiarkan tenggelam dalam kegelapan jiwanya. Mengalami kegelisahan sampai
usia tua karena tidak bisa hidup sesuai dengan ritme dan panggilan hati
nuraninya?
Di samping itu adakah lembaga pendidikan yang menghargai atau bahkan
mengembangkan potensi seperti ini? Karena seperti kita ketahui lembaga-lembaga
pendidikan baik formal, non formal maupun informal yang bertebaran di
masyarakat kita hanya menghargai dan mengembangkan sisi intelektual saja.
Banyak gedung sekolah didirikan dengan megah. Berbagai lembaga pendidikan
tinggi bidang keguruan dibuka. Bahkan yang terakhir, untuk pelatihan kurikulum
2013 ribuan guru sertifikasi seluruh Indonesia dihotelkan dengan biaya yang
tidak bisa kita bayangkan. Setelah selesai, kurikulum 2013 kemudian dibatalkan
pelaksanaannya. Spektakuler, dan semua usaha itu dilakukan hanya untuk menyentuh
pengembangan kecerdasan pada tataran intelektual atau paling jauh sisi emosinya
saja.
Padahal perkembangan mutakhir teori kecerdasan membuktikan dan mengakui keberadaan
kecerdasan spiritual. Sebenarnya seberapa penting sih peran kualitas
kecerdasan spiritual pada kehidupan seseorang menurut teori-teori kecerdasan
modern?
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya edisi Indonesia SQ,
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik
untuk Memaknai Kehidupan mendefinisikan kecerdasan Spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan
inti yang menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas
dan lebih kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan Spiritual
adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif,
bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia.
Sementara Toto Tasmara dalam bukunya Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental
Intellegence) mengatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi.
Kecerdasan ini dapat menimbulkan kebenaran yang sangat mendalam terhadap
kebenaran, sedangkan kecerdasan lainnya lebih bersifat pada kemampuan untuk
mengelola segala hal yang berkaitan dengan bentuk lahiriah (duniawi). Sehingga
bisa disimpulkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan qalbu yang berhubungan
dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk
berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang
mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.
Pada mulanya, teori kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur
akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan
hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal al-ma’rifi).
Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan
semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang
perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif (al-majal
al-infi’ali), seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan agama.
Begitu juga yang berlaku dalam berbagai macam kecerdasan, jenis-jenis
kecerdasan pada diri seseorang sangat beragam seiring dengan kemampuan atau
potensi yang ada pada dirinya.
Kecerdasan spiritual merupakan sebuah dimensi yang tidak kalah pentingnya
di dalam kehidupan manusia bila dibandingkan dengan kecerdasan emosional,
karena kecerdasan emosional lebih berpusat pada rekonstruksi hubungan yang
bersifat horizontal (sosial), sementara itu dimensi kecerdasan spiritual
bersifat vertikal (ilahiyyah).
Perhatikan baik-baik apa yang dikatakan Danah Zohar dan Ian Marshall tentang
seseorang yang SQ nya telah berkembang dengan baik berikut ini:
1.
kemampuan
bersikap fleksibel
2.
tingkat
kesadaran diri tinggi
3.
kemampuan
untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4.
kemampuan
untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5.
kualitas
hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6.
keengganan
untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. kecenderungan
untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik)
8. kecenderungan
nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban
yang mendasar
9. memiliki
kemudahan untuk bekerja melawan hal-hal yang bersifat konvensional. (khariq
al-adah)
Sangat luar biasa bukan jika kita memiliki kualitas-kualitas seperti di
atas? So, untuk dua kecerdasan yang lain (IQ dan EQ) mungkin mudah bagi kita
untuk mendapatkan lembaga atau orang-orang yang peduli pada pengembangannya, tetapi
kecerdasan spiritual..? Kalaupun ada, dan semoga segera ada, tentu saja materi
dan kurikulum yang digunakan harus mengakomodir semangat pergulatan pencarian
makna yang tumbuh pada diri anak didik.