Bukan
hanya kegelapan yang bisa menyesatkan, tetapi juga cahaya. Kitab suci, setiap
kita mungkin mengamininya sebagai sesuatu yang bisa memberi petunjuk- adalah
tanda cahaya. Namun lepas dari semua itu, kitab suci tidak lain tetaplah
sekumpulan penanda (signifier) yang dilahirkan Tuhan agar manusia mampu
menempuh perjalanan hidupnya dengan benar. Sementara tanda selalu hanya akan
memberi petunjuk bagi diri yang mampu menyaksikan dan memahami yang terkandung di
dalamnya (signified).
Sebaliknya
bagi mereka yang tidak mampu menyaksikan, maka tanda hanya akan makin
melahirkan kebingungan dan ketersesatan. Hal ini bukan karena kesalahan tanda,
sebaliknya adalah kesalahan cara seseorang dalam membaca tanda. Karena setiap
tanda selalu terbuka dengan makna apapun yang dibubuhkan oleh si subjek
penerima tanda. Maka dari itu, kedekatan dengan kitab suci bukanlah jaminan bagi seseorang bahwa dia telah tercerahkan.
“Katakanlah: "Al Quran adalah petunjuk dan penyembuh
bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, sedangkan Al Quran itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka
itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh".