04 October 2012

PERJALANAN SPIRITUAL



Pada masa sekarang, terjadi reduksi pandangan spiritual ke dalam tata aturan ritual dan etis. Agama menjadi ritualisme dan kepatuhan etis, dan kehilangan roh awal yang ditandai semangat pencarian spiritual. Orang hanya memperhatikan apa yang dapat diperhatikan dan diregistrasi, yakni ungkapan lahiriah. Padahal kasih sayang Allah dapat dijumpai kalau orang memandang manusia, menangkap kegembiraan dan berempati dengan yang berkekurangan. Tidak ada jalan menuju Allah yang tidak melewati manusia. Kapan saja manusia mesti menghayati hidupnya sebagai anugerah, memperlakukan sesamanya sebagai saudara dan mendekati alam sebagai tarbiyah imaniyah dan bagian dari kehidupan.
Dia dicari bukan terutama karena Dia menyatakan diri dan menyembunyikan kehendak-Nya. Dia dicari karena keterbatasan dunia untuk menyingkapkan diri-Nya dan menyampaikan maksud-Nya. Perjalanan spiritual untuk mencari harus dilakukan karena pikiran manusia terlalu sempit untuk menyelami hakekat-Nya dan hati manusia terlampau kecil untuk menduga kedalaman rencana-Nya. Pencerahan spiritual harus didapatkan supaya seseorang bisa bertaqarrub kepada Allah, menemukan kehendak dan memahami maksud-Nya.
Namun, hal yang paling sering terjadi adalah bahwa pandangan-pandangan keagamaan menempatkan dirinya pada posisi Tuhan. Allah yang tak terbatas hendak dibatasi dalam penafsiran-penafsiran agama yang terbatas, rahim-Nya yang merangkul semua hendak diatur menurut aturan-aturan ’agama’ yang memilah-milah. Ajaran agama yang bermaksud mengantar orang ke kedalaman rahasia Allah ditafsiri dan diabsolutkan. Ritual-ritual baru masing-masing ‘agama’ dipandang sebagai satu-satunya yang benar. Visi dunia yang holistis dan pandangan tentang manusia yang sangat luhur bisa punah sebagai absolutisasi diri pandangan agama tertentu.
Sesungguhnya, menjadi orang asing di dunia, menjadi pejalan atau peziarah adalah untuk mengenal dunia sebagaimana adanya dan menempatkan dunia pada peran yang sebenarnya. Dunia memiliki keterbatasan, tidak dapat memenuhi segala harapan dan karena itu tidak boleh dipaksa untuk memaksakan semua keinginan dan kebutuhan.

MENEMUKAN KEBAHAGIAAN



 Kematian, bagi kebanyakan manusia merupakan sesuatu yang menakutkan. Kematian merupakan sebuah ancaman karena kematian mematahkan kesinambungan hidup yang bertujuan untuk ’mengejar’ karier atau cita-cita. Padahal, sesungguhnya, ’pengejaran’ membuat orang terikat karena ia harus selalu mengejar sesuatu dan semakin terlempar jauh dari ’kebahagiaan’. Sebaliknya ’menemukan’ membuat orang bebas dan menerima, karena ia tidak dikejar-kejar untuk meraih sesuatu. Hanya dengan bebas dan menerima, orang bisa merasakan pelbagai anugerah kebahagiaan yang tiap hari datang menghampirinya dengan berlimpah-limpah. Dengan begitu dia dapat memberi arti pada hidupnya. Untuk itu Saudaraku, mari membebaskan jiwa supaya kita bisa segera menerima kebahagiaan.