06 March 2011

KEGELISAHAN ABADI


Bagi para sufi, kegelisahan merupakan penderitaan spiritual amat mendalam yang dirasakan karena tidak bisa cukup dekat dengan Allah, karena tidak dapat melakukan cukup banyak amalan demi Allah di dunia ini. Seorang pengikut sufi sejati tidak akan memperhatikan hal-hal duniawi seperti kematian, apalagi benda-benda atau harta kekayaan: dia menderita kegelisahan yang mendalam, kekosongan, dan ketidakcukupan karena dia tidak pernah merasa cukup dekat dengan Allah, karena ketakutannya akan Allah tidak cukup mendalam. Itulah yang disebut dalam literatur Sufi sebagai kegelisahan abadi (al-huzn al-da’im). Dari kalangan filosof muslim, Al-Kindi, memandang kegelisahan sebagai keadaan mistis (yang ditimbulkan oleh perasaan frustasi karena gagal mencapai tujuan menyatu dengan Allah). Lebih jauh lagi, kegagalan merasakan kegelisahan di atas akhirnya juga memunculkan kegelisahan. Gelisah karena tidak merasakan kegelisahan karena Allah. Diriwayatkan bahwa Nabi Musa AS berkata, “ Ya Tuhanku, dimanakah aku dapat menemukanmu ketika aku mencarimu?” Maka Tuhan berkata, “ Kamu dapat menemukanku pada hati-hati yang gelisah karena Aku”.

Bagi penyair, pelukis dan penulis yang dilanda kegelisahan karya-karya mereka bertujuan untuk membangkitkan dalam diri orang yang melihat dan membaca karya mereka perasaan yang sama dengan yang ditimbulkan oleh perasaan tersebut dalam dirinya, sebagaimana gagasan ini terutama diterima luas pada pertengahan abad ke 19 di kalangan tokoh-tokoh romantisme. Kegelisahan atau tristesse bagi Montaigne tahun 1580 sama sunyinya dengan perkabungan, menggerogoti pikiran seorang manusia yang hidup sendiri dengan buku-bukunya. Dalam bukunya The Anatomy of Melancholy, Richard Burton mempercayai bahwa kegelisahan akan membuka jalan menuju kesendirian yang membahagiakan dan memperkuat imajinasi. Tidak jadi soal apakah kegelisahan merupakan hasil dari kesendirian ataukah kesendirian sebagai inti, esensi dari kegelisahan. Jadi kegelisahan menjadi entitas yang tak terpisahkan dengan kesendirian dan kesepian.

Kesendirian dalam istilah tasawuf dikenal dengan istilah khalwat atau uzlah. Khalwat adalah menyendiri secara fisik atau jasmani sedangkan yang dimaksud dengan uzlah adalah uzlahnya hati. Sikap penyendiri ini juga merupakan sifat bagi orang yang dikasihi Allah. Dalam kitab Iqadzul Himam fi Syarh al-Hikam karangan al-Arif billah Ahmad ibn Muhammad ibn ‘Ajibah al-Hasani dituliskan bahwa orang-orang yang dikasihi oleh Allah adalah orang-orang yang baik menurut Allah dan menyendiri dari pergaulan makhluknya. Rasulullah juga pernah berkata kepada Abdullah ibnu Umar, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau seperti pengembara kesepian.